My Blog

Sabtu, 11 Februari 2012

Mencari ilmu di perpustakaan kota



Ya,Bangunan tua yg spertinya bangunan belanda tepat didepan museum brawijaya kota malang kali benar-benar ramai.tanggal 4 februari 2012,ada acara besar bertajuk “ REVOLUTION OF ISLAMIC GENERATION “ yang maksutnya adalah perubahan generasi Islamic.Acara tersebut dimeriahkan oleh seorang penulis yang dari pondok psantren Gontor . Menurutku,kisah hidup penulis tersebut ini hamper mirip dengan penulis andrea hirata yang memang dari kluarga yang kekurangan ekonomi.Seorang penulis tersebut adalah Ahmad Fuadzi,seorang penulis novel negeri 5 menara yang mengisahkan kisah hidupnya smasa dia pas ada di gontor hingga sekarang ini.Dan negeri 5 menara pun akan difilm kan . Ahmad fuadzi hadir di acara talk show sebagai bintang tamu.Ahmad fuadzi bercerita dan memberikan kata” mutiara yang memopa samangat kita untuk terus maju dan berhasil seperti ahmad fuadzi,kalau bisa sih lebih.Ahmad fuadzi bercerita sesambil diselangi oleh presentasi berisi video/foto saat ahmad fuadzi dulu.Kami pun juga sempat dilihatkan video triler film negeri 5 menara.Sebelum acara talk show dimulai,kami pun dihibur oleh acara” dari anak-anak SMA 3 seperti nasyid,sebelumnya aku jujur belum pernah tahu apa itu nasyid,ternyata saat ada pertunjukkannya aku melihat dan mengerti bahwa nasyid seperti menyanyi biasa tapi tidak pakai alat music seperti gitar dan drum.Lalu kami pun juga dihibur oleh drama yang cukup menarik yang tetap berthema revelution of Islamic generation.Berikut adalah ringkasan dari novel Negeri 5 menara :
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar